Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Hujan Awal Juli

3 Juli 2018 Hujan pertama yang membawa harum tanah Menyudahi terbang debu kering yang kesepian Lembut ringan Sejuk menenggak malam Bunyinya menderap pelan Menelisik jatuh di antara urat-urat daun Mengundang senyum bergurat kagum 10:44 Tentang doa-doa yang belum terjawab yang menguji keyakinan yang menanya akal menitip putus asa Tapi bukankah hujan datang menyertai janji Sepasti ia menumbuhkan kurma, zaitun dan anggur dan disini menyemu warna ansana, krisan, dan kemuning Aku yakin Seyakin hujan Ia terkadang lama tapi pasti akan jatuh juga kiranya

Salam Rindu Cemara Merbabu

Kau cemara merbabu Yang ku temui saat sinar senjaku redup Dan purnama penuh seutuhnya Boleh aku bercerita padamu cemara merbabu Tentang pria rendah hati yang tinggi budi Yang tak pernah gegabah dan selalu menahan diri Yang bijak dewasa namun terkadang bersorot manja Yang baik melindungi walau kadang nakal bermain mata Sampaikan padanya bahwa ia berharga Berharga untuk keluarganya Berharga untukku juga jika boleh Sampaikan ada sekotak rindu untuknya Rindu yang menelisik dari utara melewati daun-daun jarummu Rindu yang terbilang sedikit Entah karena baru dimulai atau sudah mengikis Rindu yang tak kunjung bertemu Karena selalu terbentur tunggu Cemara merbabu Aku memang belum hafal dengan hawa dinginmu Tapi aku sudah jatuh hati dengan bersih anginmu Angin yang tak pernah pergi Angin yang aku doakan semoga abadi Cemara merbabu Salam rindu untukmu

Aku dan Sepeda Merah Muda

Apa kabar hai kau Januari akhir yang semakin sering mendung Cukup segar dengan hujan dingin malam tadi Aku ingin bertanya apa kau juga melihatnya? Mata hitam lentik itu Ia diam tak berucap apa-apa Karena tak patutlah ia merasa Untuk bercerita mengenai rencana dan anganya Tapi kau tahu? Mata hitam lentik itu akan selalu merona Menatap rindu ke selatan Seperti aku dan sepeda merah muda Yang mengayun jarak berbekal sekeranjang seroja

Kemuning Jingga

Gambar
Kau yang selama ini di depan mata Namun aku tak bernah berani menatap Terlewat ragu karena terlalu wangimu Terlewat takut karena terlalu cerahmu Apa aku terlambat Atau kini senja berubah kian cepat Angin memang berubah arah Tapi bukankah kau hanya berkembang untuk tempat yang sama di waktu kuning berubah merah dan lalu bersemu biru tua Hai kemuning jingga Masihkah kau berdoa untuk mahoni kusam disana Maafkan aku yang butuh waktu lebih lama Menyerap ragu dan kecil hati Untuk berani menanting hati Swietenia mahagoni